Follow Us @nays_digital

Senin, 11 November 2019

Cowok itu…


Cerpen Karangan: Adilah Devira F.

Lolos moderasi pada: 10 November 2019



Kelas sedang jam kosong saat aku keluar dari alam mimpiku. Guru sedang izin dan kelas ini pun ramai. Sebenarnya guru itu sudah menitip tugas untuk hari ini, memang dasar siswanya yang menganggap tugas tersebut sebagai PR karena waktu pulang tinggal setengah jam lagi.
Siswa jaman sekarang.
Inilah kesempatanku.

Aku mendongak ke atas menatap cowok di depanku karena tinggi badannya yang gila. Ia tersenyum manis ke arahku. Ah, aku tahu senyum itu. Senyum yang dapat membuat lutut cewek seantero sekolah lemas bahkan guru PPL, well kecuali aku.
Ia menghela napas dan merogoh ke sakunya, “Cuman ini dulu, oke?”
Aku menatap selembar uang yang ia berikan padaku, lalu kupaku dia dengan tatapan bengisku, “Hah!? cuman ini!?”
Ia tersentak karena volume suaraku lalu mulai menggunakan jurus seribu bayangan eh seribu alasan untuk nego denganku yang akhirnya aku setujui dengan sangat sangat sangat terpaksa.
“Elah bu bendahara galak amat, sih” cibir temanku saat aku kembali ke bangkuku. Sebut saja ia Mrs. gokil.
“What? Galak? 1 bulan tuh tengil nunggak bayar, plus cuman bayar, Nih! Nih!” aku melotot sambil menepuk nepuk uang seribu di meja. Dengan wajah tak berdosa, ia tertawa terbahak-bahak membuatku mencibirnya.

1. Cowok itu susahnya minta ampun kalo pas bayar uang kas
“Cowok jantan itu ye, pas waktunya kas ya bayar! bukannya pasang wajah pucet eh kabur kaya mau setor!” omelku saat memasukkan buku kas ke tasku.
“Dan yang paling nggak bisa dihindari sama cowok itu ya…” lanjutku.
Aku menunjuk ke arah bangku pojok kelas ini. 3 cowok duduk berhimpitan tanpa celah, cowok yang di tengah sedang memegang hp nya dan ketiga cowok itu fokus ke layar monitor hp itu. Namun bukan itu yang menjelaskan deskripsi bagian tersebut. ‘bagian tersebut’ adalah mereka tersenyum sendiri sampai cekikikan. Senyum itu… entah kenapa mengandung makna lain. Aku memutar mataku bosan.



“Heh! 3 gp ya, Nyil?” pancing Mrs gokil.
‘Unyil’ menoleh dengan berat seperti terganggu dari acara favoritnya.
“HD lah, ngapain 3 gp burem, kagak jelas. Udah lo bertiga diem aja, lo semua masih -17”

2. Cowok itu rata rata tontonannya mengandung unsur kemaksiatan
Bertiga? aku menoleh ke sampingku dan menemukan temanku yang unyil maksud. Sebut saja Kuroko versi cewek karena hawa keberadaannya yang tipis. Ia melongo, “Tuh orang ngomong apa sih?” tanyanya.
“Lo denger semua nggak?” tanya Mrs. gokil
Ia mengangguk polos.
“lo ngerti nggak maksudnya?” tanya Mrs. Gokil lagi.
Ia menggeleng, dengan polosnya, lagi.
Mungkin dalam komik jepang, aku dan Mrs. gokil digambarkan terjengkang ke belakang dari kursi kami, gubrak banget sih!

“Oke, lo diem aja. Sebagai teman yang baik gue gak mau lo terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak baik. Jadi dalam hitungan ketiga, lo bakal lupa tadi, dan yang lo inget tuh nasi pecel di kantin yang-” ucapanku belum selesai ketika ku berkedip, ia sudah hilang. Hebat. Dasar Kuroko.

Aku tengah berdiri menenteng buku paket di gerbang sekolah. Menunggu seorang penyelamat yang bersedia mengantarku pulang ke rumah. Dan disanalah dia, masih menitip helm kepada pak satpam. Ia seniorku yang agak konyol, dan cara berjalannya lucu yang selalu aku hafal. Bagaimana aku bisa tahu? karena aku sering memperhatikannya dari jauh, lalu… ok, hal ini bersifat pribadi jadi tidak aku uraikan. Ekhm, sebut saja Mr. Luffy karena entah kenapa senyumnya mengingatkanku pada karakter di anime favorit kami, One Piece. Dan disinilah aku… menunggu… menunggu…

“C’mon quickly” katanya dengan cengirannya yang khas.
Karena sepeda motornya agak tinggi, dengan canggung aku memegang bahunya sebagai pijakan tanganku, lalu kupindahkan tanganku ke tasnya. Kupegang tasnya seolah-olah itu penopang hidupku.

Astaga, aku hanya bisa megap-megap seperti ikan koki. Di tengah perjalanan Mr. Luffy menanyakan tentang entahlah apa itu aku tak tahu karena aku hanya fokus ke peganganku dan nafasku. Aku memprotesnya untuk tidak bicara dulu dan cara ia mengendarai sepeda motornya. Ia hanya terkekeh geli. Astaga, bahkan di saat genting ini aku masih mengagumi suaranya saat tertawa. Fokus! Fokus!

3. Cowok itu pas pake motor ngebut kaya dikejar penagih hutang
Saat tiba di halaman rumah dengan pendaratan yang agak mengerikan itu, aku turun dan melotot, “You’re crazy! That was so fast!”
Ia hanya terkekeh geli, dan kurasakan pipiku mulai memanas. Oh tidak! Aku berterimakasih padanya dan ia tersenyum sambil menanyakan salam ke ibuku lalu salam dan pergi.

Aku menatap horor pantulan cermin di lemariku. Beberapa helai rambutku keluar dari celah-celah kerudungku. Astaga! Berantakan sekali! seperti aku yang baru menyelesaikan ulangan fisika.

Cerpen Karangan: Adilah Devira F.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar